0 Comments
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Pemazmur menulis. “Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.” (Mazmur 19:2-3) Pencipta berbicara melalui ciptaan –Nya.
And juga dapat mendengarkan-Nya, jika Anda menghentikan apa yang tengah Anda lakukan dan menyimak. Tempat yang sunyi di alam bebas adalah yang terbaik, dengan pemandangan pepohonan, tumbuh-tumbuhan atau langit biru. Matikanlah pesawat telepon. Kesampingkanlah segala pikiran dan pusatkanlah seluruh perhatian pada Tuhan. Halangi penglihatan Anda dari segala sesuatu yang dibuat oleh tangan manusia, dan berkonsentrasi pada apa yang diciptakan oleh Tuhan seperti misalnya bunga, pohon, burung, kupu-kupu, awan, sungai, angin. … Bayangkanlah kasih dan perhatian yang Tuhan berikan untuk menciptakan benda tersebut. Kemudian kalikan dengan segala sesuatu lainnya yang seperti itu, yang ada di dunia. Apa yang disampaikan kepada Anda tentang kasih dan kepedulian Tuhan bagi Anda? Tidakkah itu memberi rasa damai sejahtera? MULAI DARI SINI Jika Anda belum mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan, Anda dapat melakukannya sekerang ini juga dengan mengundang Yesus ke dalam hati Anda. Ucapkanlah doa sederhana berikut ini: Yesus, aku percaya kepada-Mu dan memohon agar Engkau masuk ke dalam hidupku sebagai Juruselamat-Ku dan pendamping selama-lamanya.
Yesus memberikan kepada kita kunci dari tujuan dan keharmonisan yang sejati ketika Dia mengatakan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39) Apakah artinya dalam istilah praktis dan sehari-hari? Salah satu penjelasan terbaik dapat ditemukan di “pasal tentang kasih” yang ada di Alkitab, 1Korintus 13. Zaman dan istilah mungkin telah berubah, tetapi prinsip-prinsip yang mendasarinya masih tetap sama. Berikut adalah 1Korintus 13 yang diparafrasekan untuk zaman sekarang ini.
Adapted from My Wonder Studio.
Sir Ernest Shackleton, penjelajah Antartika yang terkenal, pernah menggambarkan bagaimana, suatu malam, di gubuk darurat, ia dan anak buahnya berusaha tidur, setelah baru saja membagikan ransum terakhir yang berupa biskuit. Situasinya mengerikan, dan tidak ada seorang pun di sana yang bisa memastikan ia akan kembali ke peradaban.
Shackleton merasa ada sesuatu yang bergerak dan melihat salah seorang dari mereka berbalik untuk melihat bagaimana keadaan yang lain-lainnya. Orang itu jelas berpikir bahwa semua orang tertidur, jadi dia meregangkan tubuh melampaui orang yang ada di sebelahnya dan mengambil kantong biskuitnya. Shackleton tercengang. Dipikirnya dia bisa mempercayai orang itu dengan nyawanya. Ternyata dia mencuri biskuit terakhir orang lain. Apakah tekanan telah membuatnya menjadi seorang pencuri? Kemudian dia melihat orang itu bergerak lagi. Dia mengambil biskuit dari kantongnya sendiri, menempatkan biskuit dua-duanya ke dalam kantong orang yang tidur di sebelahnya, dan dengan tak bersuara mengembalikan kantong itu ke sisi temannya yang tertidur. Shackleton berkata, “Saya tidak berani menyebutkan nama orang itu. Saya merasa perbuatannya itu adalah rahasia antara dia dan Tuhan.” Apa yang rela Anda lakukan untuk memperlihatkan kasih kepada mereka yang ada di sekitar Anda? Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang mati untuk sahabat-sahabatnya. - Yesus (Yohannes 15:13)
Oleh Elsa Sichrovsky Alkitab banyak berbicara tentang kekuatan dari apa yang kita ucapkan. Salah satu ayat kesukaan saya adalah: “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” Jelas, Alkitab ditulis sebelum ada sosial media dan aplikasi messenger saat ini, sehingga tidak berbicara tentang potensi untuk membantu atau menyakiti ketika saya menggunakan jari saya untuk menulis pesan. Baru-baru ini saya memiliki pengalaman yang mengajarkan bahwa peringatan Alkitab tentang lidah hendaknya juga dipakai untuk menuntun dalam hal mengirim teks diiringi dengan doa dan kehati-hatian yang sama. Saya dan tiga rekan kerja sedang mengerjakan sebuah proyek dan kami sering berdiskusi melalui Facebook Messenger. Pada satu kesempatan, John tiba-tiba tidak hadir dalam diskusi online yang penting, dan sebagai akibatnya, kami tidak bisa mengambil keputusan tanpa informasi dari John yang merupakan tanggungjawabnya. Merasa jengkel atas ketidakhadiran John yang tanpa penjelasan dan waktu kami yang terbuang, saya mengirim teks dalam obrolan grup: “Diskusi kelompok sangat menyebalkan ketika salah seorang anggota tidak ada!” ![]()
Sejauh ini, John adalah anggota tim yang sangat membantu dan bertanggung jawab, tetapi tak lama setelah ketidak-hadirannya, dia tidak lagi tertarik. Belakangan, saya mendengar dari seorang teman bahwa pada hari ada rapat yang penting itu John berhalangan karena ada urusan penting dan dia tidak bermaksud untuk mengabaikan komitmennya kepada proyek kami. Dia merasa sakit hati dengan tulisan saya dan hampir saja meninggalkan grup.
Saya sadar seandainya kami berdiskusi sambil bertatap wajah, mungkin saya tidak akan mengutarakan komentar di atas. Namun merasa aman di balik layar komputer jinjing, saya merasa bebas mengutarakan apa saja yang melintas di benak saya. Dengan tidak mengindahkan apakah perasaan frustrasi saya itu dibenarkan atau tidak, saya sadar bahwa ada hikmah yang perlu saya pelajari. “Awasilah jemariku, ya TUHAN, berjagalah pada tanganku ketika aku mengetik!”
Pada ilmu komputer dan matematika, Garbage In, Garbage Out menjelaskan konsep bahwa data input yang cacat atau tidak masuk akal membawakan hasil yang tidak masuk akal atau “sampah.” Dengan kata lain, informasi yang tidak akurat atau salah pada awalnya akan mengarah pada hasil yang tidak akurat atau salah. Pada Khotbah di Bukit, Yesus mengatakan sesuatu yang sangat mirip: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Demikianlah sebagaimana kamu bisa mengenal pohon berdasarkan buahnya, kamu juga dapat mengenali orang berdasarkan perbuatannya.”1 Perumpamaan singkat ini mengajak kita untuk mempertimbangkan apa yang disampaikan oleh perkataan dan tindakan kita tentang diri kita dan Tuhan yang hidup di dalam kita. Apakah hidup kita mengungkapkan kepedulian-Nya kepada orang lain atau mementingkan diri sendiri? Apakah kita menyampaikan kemurahan hati dan keadilan-Nya, atau apakah kita mengikuti bawaan sebagai manusia yang membangun tembok dan mengecualikan? ![]()
Seperti kode komputer dan persamaan matematika dapat diperbaiki dengan mengoreksi input data, Yesus mengingatkan kita bahwa kehidupan yang saleh membutuhkan transformasi interior, jenis yang hanya dapat dibawakan oleh-Nya. “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”2
Jesus In, Jesus Out.
Dalam bukunya, The Life God Blesses, Gordon MacDonald berkisah tentang pengalamannya sebagai salah seorang dalam tim pelari di University of Colorado. Khususnya, dia ingat sulitnya latihan yang dijalankannya bersama rekan satu timnya yang bernama Bill. “Sampai hari ini saya punya kenangan yang memilukan tentang latihan kami setiap Senin sore,” kata Gordon. "Ketika latihan hari Senin itu sudah selesai, saya terhuyung-huyung karena kelelahan ke ruang ganti." Tetapi Bill lain. Setelah selesai, dia beristirahat di rumput dekat lapangan. Setelah sekitar 20 menit, sementara Gordon mandi, Bill mengulang lagi seluruh latihannya! Bill tidak menganggap dirinya sebagai atlet luar biasa di perguruan tinggi. “Saya bukan atlet hebat,” kata Bill. “Tetapi saya punya ‘teori muslihat’, yaitu, tidak ada satu langkah besar yang bisa Anda lakukan dalam latihan atau kompetisi, namun ada ribuan langkah kecil yang dapat Anda lakukan.” ![]()
Bill mungkin tidak membuat dampak yang besar selama tahun-tahun kuliahnya, namun disiplin dan keinginannya terbayar seiring dengan berjalannya waktu. Melalui upaya disiplin dan perbaikan terus-menerus, atlet perguruan tinggi yang tidak spektakuler yang pernah menjadi rekan setim Gordon MacDonald menjadi atlet terkenal di dunia, Bill Toomey, atlit dasa lomba yang dilantik ke Olympic Hall of Fame pada tahun 1984.
Yang meninggikan Bill hingga berada pada prestasi tinggi semacam itu adalah disiplinnya. Pandangan Gordon MacDonald mengutarakannya dengan lengkap: "Perbedaan antara kita berdua dimulai pada hari Senin sore saat latihan. Dia tidak takut disiplin dan melakukan yang maksimal; Saya takut disiplin dan melakukan yang minimum.”
|
Categories
All
Archives
July 2024
|