Kemajuan Pilgrim dari Dunia Ini, Yang Akan Datang adalah sebuah alegori Kristian 1678 yang ditulis oleh John Bunyan. Ia dianggap sebagai salah satu karya yang paling penting dalam kesusasteraan Bahasa Inggeris agama, telah diterjemahkan ke lebih daripada 200 bahasa, dan tidak pernah dicetak. Ia juga telah dinamakan sebagai novel pertama yang ditulis dalam bahasa Inggeris.
0 Comments
Setiap bangunan memerlukan fondasi yang baik—begitu juga dengan bangunan hidup Anda. Pelajaran-pelajaran dalam program ini adalah “batu fondasi” yang di atasnya Anda dapat membangun rumah dari kehidupan kekristenan Anda. Setiap batu fondasi mengupas bidang iman, pengetahuan Alkitab atau pengetahuan praktikal, dan hendaknya membawa perubahan yang positif dalam hidup Anda.
Buku saku Ayat-ayat yang Penting berisikan daftar yang luas tentang berbagai ragam topik, cocok digunakan untuk renungan pribadi dan untuk bersaksi. Sebalik daripada menghafalkan ayat-ayat tentang keselamatan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan topik yang berikutnya, nampaknya lebih baik untuk menghafalkan satu atau dua ayat dari setiap kategori sehingga Nas Alkitab yang dihafalkan mempunyai variasi yang lebih luas. Anda bisa kembali ke bagian itu dan menghafal lebih banyak lagi ayat di kemudian hari.
![]() Jadav Payeng sudah menanam pohon di tempatnya di Assam, India, selama 30 tahun terakhir. Karena kurangnya pepohonan, Cekungan Sungai Brahmaputra banjir setiap tahun dan menyebabkan kerusakan parah pada tanaman, rumah, dan mata pencaharian. Jadav memutuskan untuk merubah pulau tandus ini dengan menanam pohon, dan area tersebut sekarang menjadi hutan belukar seluas lebih dari 1.360 hektar—lebih besar dari Central Park di New York. Pohon-pohon ini sangat bermanfaat bagi wilayah tersebut. Pertanian kembali berlangsung, banjir di daerah itu berhenti, dan satwa liar seperti badak, gajah, dan harimau menjadikan hutan itu sebagai rumah mereka. Dan dia memiliki visi untuk masa depan—dia ingin menjadikan pengetahuan akan lingkungan sebagai bagian dari kurikulum setiap sekolah dan meminta setiap siswa menanam dan merawat sebatang pohon. Itu bukan berarti mudah baginya. Selama bertahun-tahun, dia harus mengusir para pemburu liar, politisi korup, dan penebang kayu, tetapi dia berkata, “Saya tidak tahu persis apa yang saya peroleh dari ini, tapi saya merasa senang ketika saya menanam pohon. Saya akan terus menanam pohon hingga ajal saya menjelang.” Perubah dunia lainnya adalah Wangari Maathai, dari Kenya; pemenang Hadiah Nobel Perdamaian untuk pekerjaan restorasi lingkungan dan pengembangan masyarakat. Ketika Wangari masih remaja, dia menimba ilmu di sekolah misi di mana dia adalah anggota yang aktif dari klub Legion of Mary yang melakukan proyek pertanian lokal dan yang mempunyai semboyan, “Melayani Tuhan dengan melayani sesama manusia.” Di awal usia dua puluhan, dia memenangkan beasiswa untuk belajar di Universitas Pittsburgh di Amerika Serikat, di mana dia bertemu dengan aktivis yang berusaha membersihkan kota dari polusi udara dan melihat bahwa upaya mereka membawa dampak yang berarti. Saya dibesarkan di Pittsburgh pada saat itu, dan saya dapat memberi kesaksian tentang perubahan nyata dalam kualitas udara. ![]() Sekembalinya ke Kenya, Wangari berusaha keras untuk memperbaiki kondisi kehidupan perempuan. Dia memulai Green Belt Movement (Gerakan Sabuk Hijau) untuk membantu perempuan menjadi mandiri dengan menyemai dari benih pohon sehingga menjadi anakan. Keindahan proyeknya adalah kesederhanaannya. Dalam bukunya yang berjudul Unbowed dia berkata, “Seperti yang saya katakan kepada para rimbawan, dan para wanita, Anda tidak memerlukan ijazah untuk menanam pohon.” Green Belt Movement berkembang pesat melalui kerja sama internasional dengan lembaga, seperti Perhimpunan Kehutanan Norwegia, dan selama bertahun-tahun, perwakilan dari lebih dari 15 negara datang untuk melihat dan mempelajari bagaimana mereka juga dapat melaksanakan proyek serupa di negara mereka sendiri untuk memerangi penggurunan, penggundulan hutan, kekeringan, dan kelaparan. Sekarang jutaan pohon telah ditanam melalui upaya ini, dan banyak inisiatif lain bermunculan dari upaya ini, seperti the UN’s Billion Tree Campaign (Kampanye Miliaran Pohon PBB). Tetapi apa hubungannya reboisasi dengan Anda dan saya? Tentu saja, kebanyakan dari kita jarang menanam pohon, tetapi ada lebih dari itu. Ini tentang melakukan bagian kita untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Langkah pertama yang mungkin dilakukan adalah mencari tahu apa “pohon” kita, kemudian merawatnya saat ia bertumbuh. Yesus mungkin akan mengatakannya seperti ini: “Kerajaan surga bagaikan seseorang yang pergi menanam pohon di tanah tandus dan merawatnya sampai pohon-pohon itu menjadi hutan besar yang memperkaya bumi untuk menghasilkan banyak buah.” Text adapted from Activated magazine. Used by permission.
Image 1 courtesy of Times Now via Twitter. Used under Fair Use guidelines Image 2 courtesy of Thoughtco.com. Used under Fair Use guidelines Image 3 designed by Freepik
Setiap bangunan memerlukan fondasi yang baik—begitu juga dengan bangunan hidup Anda. Pelajaran-pelajaran dalam program ini adalah “batu fondasi” yang di atasnya Anda dapat membangun rumah dari kehidupan kekristenan Anda.
Setiap batu fondasi mengupas bidang iman, pengetahuan Alkitab atau pengetahuan praktikal, dan hendaknya membawa perubahan yang positif dalam hidup Anda.
Jika Anda merasa hidup Anda seolah-olah diangkat kemudian dihempaskan, belajarlah dari Turner's Oak atau Turner si Pohon Ek—sebatang pohon raksasa setinggi 16 meter yang ditanam pada tahun 1798 dan sekarang bertumbuh dengan subur di Royal Botanic Kew Gardens, di selatan London. Pada tahun 1980-an, pohon itu berpenyakit sangat parah dan sepertinya akan mati. Kemudian pada tanggal 16 Oktober 1987, Badai Besar melanda sebagian Britania Raya, Perancis, dan Kepulauan Channel. Ini mungkin badai terburuk yang melanda sejak tahun 1703 dan menumbangkan lebih dari 15 juta pohon di selatan Inggris hanya dalam waktu satu jam. Di antaranya, Turner si Pohon Ek. Angin mengangkat pohon berikut akarnya yang dangkal dari tanah, dengan keras mengguncangnya, kemudian meletakkannya kembali seperti tangan raksasa yang mengangkat gelas anggur dengan memegang “leher”nya kemudian menghentakkannya kembali di atas meja. Kepala arboretum (tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.), Tony Kirkham, merasa seperti telah kehilangan anggota keluarga: “Hati saya hancur! Pohon yang selama ini saya rawat, yang selama ini saya kenal dan akrab dengannya, tergeletak di tanah.” Tony dan rekan-rekan arborisnya (profesional yang piawai mengurus pohon) mendorong pohon ek besar itu kembali ke tempatnya dan menopangnya tanpa banyak harapan. ![]()
Tiga tahun kemudian, yang mengejutkan mereka, pohon itu menjadi sehat luar biasa. Saat itulah mereka menyadari bahwa tanah di sekitar akar pohon itu telah menjadi begitu padat karena orang-orang yang berjalan di atasnya sehingga pohon itu tidak mendapatkan cukup udara dan air. Badai mengguncang pohon dan memberi tanah porositas yang dibutuhkan yang memungkinkan pohon ek tumbuh subur sekali lagi.
Dalam 30 tahun yang ganjil sejak badai, Turner si Pohon Ek telah tumbuh sepertiga dan telah mengilhami metode baru pengelolaan pohon di seluruh dunia, termasuk perkakas yang dirancang untuk memecah tanah dan memungkinkan oksigen, nitrogen, dan nutrisi untuk mencapai sistem akar bawah tanah dari pohon. Saat kita berada di tengah badai, kita mungkin tidak mengerti kebaikan apa yang mungkin didapat darinya, tetapi ketika badai itu pecah, sebuah kehidupan baru terlahir. Ketika kita tengah berada di tengah-tengahnya, seringkali, kita tidak tahu mengapa dan untuk apa persoalan ada, dan kita “tidak dapat melihat hutan karena adanya pepohonan.” Namun dengan mempercayai maksud baik Tuhan dalam hidup kita, kita menemukan ketenangan dan kedamaian pikiran.
Waktunya adalah santap malam. Bukan pesta, tetapi santapan istimewa. Ruangan pribadi dipesan terlebih dulu, makanan dipesan, dan kini mereka duduk-duduk sambil makan, minum dan bercakap-cakap. Pemimpin dari grup teman-teman yang berbeda ini nampaknya sangat menginginkan makan malam—ia bahkan turut membantu memprakarsai acaranya. Tetapi kini suasana hatinya sedang serius. Di sela-sela bunyi piring dan cangkir, ia membuat pernyataan yang mengejutkan: Ada yang akan menyerahkan dia, seseorang di antara mereka akan mengkhianati dia. Di antara teman-temannya, ada seseorang yang cara berbicaranya keras dan berterus terang, yang seringkali memimpin. Seperti juga yang lainnya, ia terkejut mendengar hal ini. Ia benar-benar ingin tahu siapa pengkhianat itu, namun dia menyadari bahwa barangkali bukanlah sesuatu yang cerdik untuk berteriak keras-keras dalam ruangan itu. Ada seorang teman yang lebih tenang. Ia juga adalah salah seorang teman yang sangat dekat dengan pemimpin mereka. Kita mungkin bertanya-tanya mengapa, sebab orang itu tidak melakukan apa pun yang luar biasa. Akan tetapi setiap kali sang pemimpin melakukan sesuatu yang penting, dia ada di sisinya. Dan malam ini, dalam santap malam yang penting, ia duduk dekat dengan sang pemimpin, begitu dekat sehingga kepalanya hampir-hampir bersandar pada bahu sang pemimpin. Orang yang biasa berbicara keras itu memberi tanda. Pesannya jelas: “Cari tahu siapa pengkhianat itu.” Orang yang lebih tenang itu berbisik kepada sang pemimpin. Pemimpin menjawab dengan suara yang lembut. Tak ada seorang pun di ruangan yang sibuk itu dapat mengerti arti dari jawabannya. Tidak ada seorang pun yang berada cukup dekat untuk mendengar pesannya. ![]()
Hanya dengan duduk diam di sisi sang Juruselamat barulah kita mendengar suara-Nya. Hanya dengan tak bersuara dan bersandar pada-Nya barulah kita menerima jawaban yang kita cari. Ia berjanji, “Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu”. (Yakobus 4:8)
Dalam kisah Perjamuan Terakhir, kita membaca bahwa “murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya". (Lihat Yohanes 13:21–29) Kedekatan Yohanes kepada Yesus juga terlihat pada kesempatan-kesempatan lain. Yohanes berada di antara beberapa orang yang dengan setia hadir ketika Yesus mati di kayu salib. (Lihat Yohanes 19:25–27) Kemudian ketika di kejauhan muncul bayangan terlihat dari pantai, mengajak para murid untuk meninggalkan perahu dan bergabung dengan-Nya, Yohanes adalah yang pertama mengenali Juruselamat yang sudah bangkit, berseru, "Itu Tuhan!" (Yohanes 21:7)
Teriring Kasih Dari Yesus
Bayangkanlah sebuah hutan—rimbun, pekat, mengundang. Kamu masuk dan melihat berkeliling, mengharapkan aliran keajaiban yang pernah kamu alami sebelumnya di alam, tetapi kali ini burung-burung tidak berkicau, tidak ada angin sepoi-sepoi yang menggesek dedaunan, dan air sungai tidak mengalir. Semuanya diam, membeku dalam waktu, tak bernyawa. Kamu berada di dalam hutan, tetapi bisa jadi itu mungkin adalah sebuah gambar yang tergantung di dinding. Sekarang bayangkan gambar yang sama, kecuali kali ini segala sesuatu yang kamu harapkan ada di situ—kicauan burung yang ceria, gemericik air sungai, gesekan dedaunan, angin sepoi-sepoi meniup rambutmu, aroma hutan setelah hujan, dingin, kabut yang masih tersisa, jalan berlumut di bawah kakimu. ![]()
Kontras antara kedua hutan ini seperti perbedaan antara mengenal tentang Aku dan benar-benar mengenal Aku; ini adalah perbedaan antara sekadar mendengar atau membaca tentang Aku dan memiliki hubungan pribadi langsung dengan Aku. Yang satu statis; yang lainnya bersemangat dan penuh dengan kegembiraan, kehidupan dan kasih. Yang satunya kosong; yang lainnya memenuhi indra kamu. Yang satunya dapat menolong kamu untuk menjadi orang yang lebih baik; yang lainnya membuat kamu menjadi utuh.
Kasih-Ku menantikan kamu. Maukah kamu melangkah masuk dan mengalami apa yang Kupersiapkan untukmu? Jarak-Ku hanyalah sejauh sebuah doa. Bukalah saja pintu hatimu, dan Aku akan ada di sana.
Image of Jesus by Mina Atef via Behance. Used under Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. Text copyright Activated magazine; used by permission.
Adapted from Just1thing.com
|
Categories
All
Archives
July 2024
|