Tahun baru saya secara harfiah dimulai dengan ledakan! Pada tanggal 31 Desember, hape saya melompat dari genggaman tangan saya dengan begitu saja.
Dengan serta merta saya memungutnya, tidak berekspektansi hape itu rusak. Hape itu jatuh pada lantai berkarpet, dan hape itu sudah berulang-ulang kali terjatuh tanpa kerusakan. Nah, kali ini berbeda. Segera setelah saya membalikkannya dan melihat garis-garis retak yang seperti sarang laba-laba di seluruh layar hape, hati saya tercekat. Masih berfungsi, tetapi dengan cara yang tidak bisa dipakai. Dan jelas sudah tidak bergaransi. Tetapi saya bukan mau merengek di sini dan meminta simpati. (Yah, mungkin sedikit.) Kejadian ini sebenarnya mengajarkan saya sesuatu, dan persis waktunya untuk tahun baru. Pertama-tama, jangan terlalu bergantung pada rencana atau pengalaman masa lalu. Hari ini, segala sesuatu mungkin saja berbeda, dan sebenarnya mungkin memang demikian. Kita perlu menjalani hari demi hari, bersikap terbuka terhadap hal-hal baru yang mungkin dibawakan Tuhan ke dalam hidup kita, atau jika tidak demikian kita dapat mendapati diri terkejut dan tidak siap.
Kedua, ini mengajarkan saya bahwa dalam hidup, banyak hal terjadi. Hidup secara definisi bergerak dan berubah. Mungkin Bapa kita mengizinkan hal-hal ini karena, dalam hikmat-Nya, Dia tahu itu akan membuat kita lebih baik. Kita tidak boleh berkecil hati ketika berhadapan dengan hal-hal yang keras. Mungkin kita akan mengatasinya dalam kemenangan yang mulia, dan melihat betapa menakjubkannya Tuhan kita. Atau mungkin kita akan terpukul olehnya, nyaris tidak bisa bangun, merasa sepertinya telah salah menanganinya, dan masih tetap melihat betapa menakjubkannya Tuhan kita! Masa depan kita pasti dan pertolongan kita konstan.
Jadi bahkan jika saya sekarang melihat melalui “cermin suatu gambaran yang samar-samar”, saya tahu pasti bahwa “nanti akan menjadi sempurna.” (1Korintus 13:12.) Story courtesy of Activated magazine. Image 1 designed by macrovector/Freepik; Image 2 designed by Freepik.
0 Comments
Mengagumkan di hari Natal untuk berpikir tentang palungan, malaikat, dan malam ketika Yesus datang ke bumi...tetapi itu hanyalah sebagian dari gambaran yang lebih besar.
Courtesy of My Wonder Studio
Adapted from My Wonder Studio.
Lagu Natal untuk anak kecil dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Klik di sini untuk mengunduh buku mewarnai.
Di awal abad ke sembilanbelas, Natal [di Amerika Utara] hampir-hampir sudah mati. Surat kabar The Times, misalnya, sekali pun tidak menyebutkan Natal antara tahun 1790 dan 1835.
Ternyata banyak dari para pendatang Amerika dari tahun 1600-an adalah kaum Puritans—kelompok Protestan yang sangat ketat yang percaya bahwa Natal adalah hari libur orang Katolik dan oleh karenanya tidak boleh dirayakan. Dan selama 200 tahun yang berikutnya, hingga permulaan abad ke-20, hari Natal tidak dirayakan oleh sebagian besar orang di Amerika, dan dirayakan dengan diam-diam oleh mereka yang merayakannya. Demikian pula tidak dirayakan di Inggris, tempat Oliver Cromwell. Meskipun pada tahun 1660, dua tahun setelah kematian Cromwell, larangan tersebut dicabut, dan Natal kembali dimasukkan sebagai hari libur. Konon, dari pertengahan 1600-an hingga akhir abad ke-18—hampir 150 tahun—perayaan Natal tidak seperti yang kita rayakan sekarang ini. Banyak tradisi yang saat ini kita rayakan dirangkul selama era Victoria. Apa yang berubah? Banyak yang berkaitan dengan satu orang yang menulis cerita tentang Natal.
Pada tahun 1843, novelis Inggris Charles Dickens (1812–1870) menulis A Christmas Carol. Selain kisah Natal pertama, itu mungkin salah satu kisah Natal paling populer di sepanjang masa. Dalam novelnya, Charles Dickens mengidealkan jenis Natal tertentu yang sekarang menjadi dasar persepsi Natal kita. Anda mungkin berpikir bahwa dengan dia menulis deskripsi Natal yang begitu indah seperti yang dirayakan oleh keluarga Tiny Tim, bahwa demikianlah cara sebagian besar orang Inggris merayakan Natal—pohon, lagu-lagu Natal, makan malam, kebersamaan keluarga, pemberian hadiah. Tapi tidak juga. Setidaknya, tidak pada saat itu.
“Pada waktu kita membaca atau mendengar A Christmas Carol,” kata Bruce Forbes4 pada sebuah wawancara di program radio regional, “kita tidak melihat renungan tentang seperti apa Natal di zamannya; kita melihat Natal seperti yang diinginkan oleh Dickens.” Pada permulaan abad ke-19, “Ada banyak pengangguran,” kata John Jordan, seorang pengamat Dickens. “Ada banyak kesengsaraan, dan [Dickens] melihat Natal sebagai sesuatu yang cenderung berfungsi sebagai semacam kekuatan melawan dampak negatif dari revolusi industri.”6Jadi, terima kasih banyak kepada Charles Dickens karena entah bagaimana dia melihat melampaui bagaimana Natal dirayakan pada masa itu dan menciptakan visi untuk sesuatu yang lebih baik. Tidak ada yang menghentikan Anda dari menciptakan tradisi Natal Anda sendiri yang memiliki arti khusus bagi Anda. Putuskanlah untuk melakukan hal-hal yang luar biasa bagi orang-orang yang Anda kasihi; siramilah perbuatan Anda dengan kasih—dan Anda akan memiliki salah satu tradisi Natal yang terbaik.
Adapted from My Wonder Studio.
|
Categories
All
Archives
July 2024
|