Pernah ada sebuah gua gelap jauh di dalam bumi yang belum pernah melihat terang dan tidak bisa membayangkan seperti apa jadinya. Suatu hari, matahari mengirimi gua undangan untuk datang dan berkunjung. Ketika gua berkunjung, ia kagum dan senang dan ingin membalas kebaikannya, sehingga mengundang matahari untuk kapan-kapan turun mengunjunginya, karena matahari belum pernah melihat kegelapan. Tetapi ketika matahari tiba dan memasuki gua dengan rasa ingin tahu seperti apa “kegelapan” itu, ia bingung, dan berkata, “Saya tidak melihat perbedaan apa pun!”
Dunia terkadang tampak seperti tempat yang sangat gelap. Tapi apa yang ditunjukkan oleh cerita gua tadi adalah bahwa kegelapan tidak bisa eksis ketika ada terang. Kegelapan yang paling menindas tidak berdaya di hadapan terang. “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”1 Yesus berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”2 Dia juga mengatakan, “Kamu adalah terang dunia. … Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”3
Bayangkanlah seorang pengelana, duduk diam-diam di perahu yang melaju di sungai yang berkelok-kelok melalui lembah hijau. Pohon dan semak belukar, ada yang berbunga, memenuhi tepian sungai. Puncak gunung yang anggun berselimutkan salju di kejauhan. Namun pengelana ini tidak menyadari keindahan yang ada di sekitarnya; sebab ia terlalu sibuk mempelajari buku panduannya, mempelajari sejarah dari daerah di mana ia berada dan ke mana sungai itu akan membawanya.
“Lihatlah! Anda tidak melihat kecantikan alam!” Kami berseru kepadanya, tetapi tidak berhasil. Dia terus saja membaca, dengan kepala yang tertunduk dan pikirannya menerawang ke mana-mana. Ada masanya kita harus mempelajari buku panduan, namun ada pula waktu di mana kita harus mengingat masa lalu atau masa depan, tetapi ada pula waktu di mana kita harus berhenti dan menikmati momen-momen itu.
Minggu depan, ambillah waktu lima atau sepuluh menit setiap hari untuk mengamat-amati dunia di sekitar Anda. Tempatkan perhatian pada awan putih yang bagaikan kapas itu seraya awan-awan itu melayang-layang menyeberangi langit biru. Pelajarilah rancangan yang rumit dari kelopak bunga, atau guratan pada batang pohon, atau pola sekawanan burung yang terbang. Carilah sesuatu yang berbeda setiap hari, dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan atas kreativitas-Nya.
Dalam sebuah perumpamaan yang terkenal, badai menghantam sebuah kota kecil, yang dengan cepat dilanda banjir. Saat air naik, seorang pengkhotbah berlutut dalam doa di teras gereja, dikelilingi oleh air. Segera, salah seorang umat parokinya mendayung perahu.
“Naik, pastor. Air cepat sekali naik.” “Jangan kuatir,” kata pastor. “Tuhan akan menyelamatkan saya.” Air terus naik, dan pastor berlindung di balkon ketika sebuah perahu motor mendekat. “Ayo naik, pastor. Sudah ada perintah untuk evakuasi.” Sekali lagi, pastor bergeming. “Tuhan akan menyelamatkan saya.” Tanggul kota jebol, dan banjir melanda gereja sampai tinggal atapnya saja yang tersisa di atas air. Di situlah pendeta berada ketika sebuah helikopter turun menghampiri. “Pegang tangganya, pastor!” pilot berseru. Sekali lagi, pastor menolak, bersikeras bahwa dia beriman kepada Tuhan. Helikopter pergi, pastor tenggelam. Di gerbang surga, pastor bertemu dengan Tuhan. “Aku tidak mengerti. Mengapa Engkau tidak melepaskan aku dari banjir itu?” “Apa maksudmu?” Tuhan bertanya. “Aku mengirimkan dua perahu dan sebuah helikopter!” Terkadang kita bisa seperti pastor itu. Ketika sedang melalui masa-masa sulit, dan adanya persoalan serta pertanyaan yang menumpuk di sekitar kita, kelihatannya seolah-olah Tuhan menutup telinga terhadap doa-doa kita yang meminta pertolongan, padahal mungkin fokus kita adalah bagaimana kita berpikir Tuhan harus menolong kita. Jangan lupa bahwa pertolongan, jawaban, dan solusi yang kita inginkan dan minta mungkin tidak selalu sesuai dengan ekspektansi kita. Seperti yang dikatakan Martin Luther, “Semua orang yang berseru kepada Tuhan dengan iman yang benar, dengan sungguh-sungguh dari hati, pasti akan didengar, dan akan menerima apa yang mereka minta dan inginkan, meskipun tidak pada waktunya atau dalam takarannya, atau apa yang benar-benar mereka inginkan; namun mereka akan memperoleh sesuatu yang lebih besar dan lebih mulia daripada yang berani mereka minta.”
|
Categories
All
Archives
June 2024
|